Rabu, 28 September 2016





SISTEM NUMERASI







Oleh
Dissa Putri Vera Lumban Tobing


Dosen : Itgo Hatchi, S.pd, M.pd,.
Mata Kuliah Sejarah Matematika
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN
2016




KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan yang maha esa karena kasih setianya yang selalu melindungi kita  sehingga kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul SISTEM NUMERASI
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada ibu dosen ITGO HATCHI S.pd M.pd yang menjadi dosen pengampu dalam matakulian Sejarah Matematika, dan membimbing mahasiswanya untuk menyelesaikan makalah agar persentasi dari kelompok  dapat berjalan dengan baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari ibu dosen  demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, 22 September 2016
Kelompok 4


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3.Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah........................................ 2
1.4.Batasan Masalah............................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................. 3
2.1. Sistem Numerasi .......................................................................... 3
2.2. Sistem Numerasi Mesir Kuno....................................................... 4
2.3. Sistem Numerasi Babilonia........................................................... 4
2.4. Sistem Numerasi Yunani Kuno.................................................... 6
2.5. Sistem Numerasi Maya................................................................. 8
2.6. Sistem Numerasi Cina................................................................... 9
2.7. Sistem Numerasi Jepang China..................................................... 9
2.8. Sistem Numerasi Romawi............................................................ 10
BAB III PENUTUP..................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 12
3.2. Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan. Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.
Kata "matematika" diturunkan dari kata Yunani kuno, μάθημα (mathema), yang berarti "mata pelajaran". Pada mulanya sejarah perkembangan matematika berawal dari beberapa bangsa di dunia. Seperti Cina, Babilonia, Mesir, Arab, India dan lain-lain.
Sistem numerasi selalu berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini, kita tidak dapat pungkiri bahwa pendidikan matematika sangat di perlukan dan telah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap kehidupan manusia dan masyarakat, manusia membutuhkan matematika dalam perhitungan sederhana, yaitu khususnya dalam bidang perdangangan, menjual dan membeli suatu barang, dan semakin lama semakin meningkat  sehingga manusia perlu mengembangkan sistem numerasi.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya bilangan karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,ekonomi,ataupun dalam dunia musik, filosofi, dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya. Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, termasuk perhitungan pertanian, dan perdangangan. Dan kegiatan keuangan lainnya, selengkapnya akan kita bahas dalam makalah ini

1
 
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masa yang harus kita bahas dalam makalah ini adalah beberapa sistem numerasi yang terkenal.
1.      Sistem Numerasi Mesir Kuno Mesir (±3000 SM)
2.      Sistem Numerasi Babilonia (±2000 SM)
3.      Sistem Yunani Kuno (±600 SM)
4.      Sistem Numerasi Maya (300 S.M)
5.      Sistem Numerasi Cina (±200 SM)
6.      Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)
7.      Sistem Romawi (±100 SM)
8.      Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)
1.3. Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah
            Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai bahas presentasi di depan kelas, agar mahasiswa tau dan mengerti sejarah perkembangan numerasi dan juga sistem numerasi yang pernah ada, yaitu mulai dari sistem numerasi Mesir Kuno, Babilonia, Yunani Kuno. Maya, China, Jepang, Romawi< hindi Arab.
1.4. Batasan Masalah
Dari berbagai sumber yang kita lihat dari internet dan buku, banyak pendapat yang mengemukaan tentang sistem numerasi, untuk itu dalam makalah ini hanya membahas tentang sistem numerasi yang pernah ada.





BAB 11
KAJIAN TEORI
2.1. Sistem Numerasi
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.  Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Menurut sejarah ketika manusia mulai mengenal tulisan (zaman sejarah) dan melakukan kegiatan membilang atau mencacah, mereka bingung bagaimana memberikan lambang bilangannya. Sehingga kemudian dibuatlah suatu sistem numerasi yaitu sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan). Sistem numerasi adalah aturan untuk menyatakan/menuliskan bilangan dengan menggunakan sejumlah lambang bilangan.
Bilangan sendiri itu adalah ide abstrak yang tidak didefinisikan. Setiap Bilangan mempunyai banyak lambang bilangan. Satu lambang bilangan menggambarkan satu bilangan. Setiap bilangan mempunyai banyak nama. Misalnya bilangan 125 mempunyai nama bilangan seratus dua puluh lima. terdiri dari lambang bilangan 1, 2, dan 5.
Beberapa konsep yang digunakan dalam sistem numerasi adalah:
1.      Aturan Aditif : Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya
2.      Aturan pengelompokan sederhana : Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,… dan mempunyai aturan aditif
3.      Aturan tempat : Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
4.      Aturan Multiplikatif : Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan 0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,.. dan seterusnya.
3
 
2.2. Sistem Numerasi Mesir Kuno Mesir (±3000 SM)
Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertasyang disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena sengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering diesebut tulisan Hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan kayu.Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 S.M. Tulisan pada zaman mesir ini ditulis dari kata papu yaitu semacam tanaman. Sistem Numerasi Mesir Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.


Astronished man ( orang astronis )
1)      Vertical staff
2)      Heel Bone ( tulang lutut )
3)      Scrool ( gulungan surat )
4)      Lotus flower ( bunga teratai )
5)      Pointing finger ( telunjuk )
6)      Polliwing / burbot ( berusu )
2.3.  Sistem Numerasi Babilonia (±2000 SM)
Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat dari tanah liat (clay tablets). Tulisan atau angka Babilonia sering disebut sebagai tulisan paku karena berbentuk seperti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara manekankannya pada lempengan tanah yang masih basah sehingga dihasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Pertama kali orang yang mengenal bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.
Sistem angka babilonia (sekitar 2400 SM) disebut juga sistem sexagesimal, karena menggunakan basis 60 yang diambil dari Sumeria. Sexagesimal masih ada sampai saat ini, dalam bentuk derajatmenit, dan detik di dalam trigonometri dan pengukuran waktu yang merupakan warisan budaya Babilonia.
Berbeda dengan sistem Mesir kuno, sistem Babilonia mengutamakan posisi. Untuk bilangan lebih dari 60, lambang  mendahului lambang , dan sebarang lambang di sebelah kiri mempunyai nilai 60 kali nilai hasilnya,
Sistem angka babilonia tidak memiliki angka nol, mereka menggunakan spasi untuk menandai tidak adanya angka dalam nilai tempat tertentu.
Ciri-ciri Sistem Numerasi Babilonia :
1.      menggunakan basis 60
2.      menggunakan nilai tempat
3.      simbol-simbol yang digunakan adalah ▼ dan <
4.      tidak mengenal simbol 0 (nol)


2.4.  Sistem Yunani Kuno (±600 SM)
Zaman keemasan bangsa yunani kuno diperkirakan terjadi pada tahun 600 S.M Bangsa Yunani telah mengenal huruf dan angka yang ditandai dengan tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat kaku dan kuat.
Ada 2 macam sistem yunani kuno:
1)      Yunani kuno attik
Sistem numerasi ini berkembang sekitar abad 300 S.M. dan dikenal sebagai angka acrophonic karena simbol berasal dari huruf pertama dari kata-kata yang mewakili simbol: lima, puluhan, ratusan, ribuan dan puluh ribuan. Tulisan ini ditemukan di daerah reruntuhan Yunani yang bernama Attika. Sistem numerasi attik dilambangkan sederhana, dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat.
Lambang-lambang lain yang mendasari sistem ini, yaitu:
1                                  Ι
10                                Δ  [Deka]
100                              Η [Hɛkaton]
1000                            Χ [K ʰ ilioi / k ʰ ilias]
10000                          Μ[Myrion]

Dalam sistem numerasi ini, lambang nol belum ada. Sistem numerasi ini adalah sistem numerasi aditif dan multiplikatif. Multiplikatif terlihat pada penggunaan lambang dimana setiap lambang dasar yang sama dapat disingkat dengan menggunakan lambang tersebut.
Contoh Penulisan Multiplikatif :
23 = Δ ΔIII
45 = Δ Δ Δ Δ┌
50 = Δ Δ Δ Δ Δ atau éΔ
120 = H Δ Δ
1234 = XHH Δ Δ ΔIIII
43210 =MMMMXXX HH Δ


2) Yunani kuno alfabetik
Digunakan setelah S.N. Yunani kuno attic, Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka pergunakan adalah 10.
Lambang yang digunakan dalam Sistem Numerasi Yunani Kuno Alfabetik
1 = α alpha                         10 = ι iola                               100 = ρ rho
2 = β beta                           20 = κ kappa                           200 = σ sigma
3 = γ gamma                      30 = λ lambda                        300 = τ tau
4 = δ delta                         40 = μ mu                               400 = υ upsilon
5 = ε epsilon                      50 = ν nu                                500 = φ phi
6 = ζ obselet digamma       60 = ξ xi                                 600 = χ chi
7 = ι zeta                            70 = ο omicron                       700 = ψ psi
8 = η eta                             80 = π pi                                 800 = ω omega
9 = θ theta                         90 = ά obselet koppa              900 = Ў obselet sampi
Aturan penulisan Sistem Yunani Kuno Alfabetik
·                Bilangan yang terdiri dari 2 (dua) digit caranya dengan menjumlahkan angka puluhan dengan angka satuan.
Contoh:
19 = 10 + 9 = iq
iv23 = 20 + 3 = Àg
78 = 70 + 8 = oh

·                Bilangan yang terdiri dari 3 (tiga) digit caranya dengan menjumlahkan angka ratusan dengan angka puluhan dengan angka satuan.
Contoh:
174 = 100+70+4 =rod
448 = 400+40+8 =umh
789 = 700+80+9 =jpq
·                Bilangan yang terdiri dari 4 (empat) digit atau ribuan, dengan cara membubuhi tanda aksen (‘).
Contoh:
1000 = a’
3734 = g’jld
1287 = a’spz

·                Bilangan yang terdiri dari 5 (lima) digit atau lebih, dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas tanda M.
Contoh:
23734 = β Mg’jld
231578 =Àg Ma’foh
2.5.  Sistem Numerasi Maya (300 S.M)
Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Alat tulis yang diapakai yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tongkat mereka sehingga berbekas garis.

Ciri- ciri Sistem Numerasi Maya :
1)      menggunakan basis 20
2)      mengenal simbol 0 (nol)
3)      ditulis secara tegak atau vertical
Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Alat tulis yang diapakai yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat).
Berbasis 20 dan ditulis secara tegak. Suku bangsa Maya sudah mengenal bilangan tak hingga.
            Contoh: menulis 258.458 dalam bilangan Maya
                                    1(20)4  = 160.000
                                    12(20)3=  96.000
                                    6(20)2 =     2.400
                                    2(20)=          40
                                  18(20)=          18  +
                                                  258.458                    
2.6.  Sistem Numerasi Cina (±200 SM)
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi.


2.7.  Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana        bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM. Bangsa Cina menggunakan tiga sistem penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan dua lainnya menggunakan penomoran bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan untuk keperluan komersil dan financial demi menghindari pemalsuan.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya barat.

Ichi
Satu

Ni
Dua

San
Tiga

Yon
Empat

Go
Lima

Roku
Enam

Nana
Tujuh

Hachi
Delapan

Kyu
Sembilan

Ju
Sepuluh

2.8.  Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)
Bangsa Romawi menggunakan angka-angka untuk perhitungan - perhitungannya. Lambang bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf besar yang sejalan dengan pemikiran orang-orang Yunani. Pada zaman dahulu kala    orang Romawi Kuno menggunakan penomeran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf  tertentu di mana setiap huruf melangbangkan / memiliki arti angka tertentu.
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi, yang memiliki beberapa lambang dasar yaitu l, V, X, L, C, D, dan M yang masing-masing menyatkan bilangan 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Sistem ini merupakan adaptasi dari angka Etruscan. Penggunaan angka Romawi bertahan sampai runtuhnya kekaisaran Romawi, sekitar abad ke-14, dan kemudian sebagian besar digantikan oleh sistem Hindu-Arab.
Berikut ini simbol Sistem Numerasi Romawi :
I =1, I disebut UNUS
V =5 , V disebut QUINQUE
X =10, X disebut DECEM
L =50, L disebut QUINQUAGINTA
C =100, C disebut CENTUM
M =1000

1.      Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.
2.      Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.
Contoh
CX = 100+10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun,jadi dijumlahkan)
XC = 100-10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik,jadi dikurangkan)
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
1)      Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti l, X, dan C.
2)      Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
3)      Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.
4)      Aturan yang berlaku di Mesir, empay ditulis IV dan bukan IIII
5)      Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae” yang menyatakan nol.
2.9.  Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)
Bangsa Hindu pada tahun 300 S.M diperkirakan sudah mempunyai angka- angka dengan menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal bilangan nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat dan mengenal bilangan nol diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya   sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.
Sistem Hindu-Arab berasal dari india sekitar 300 S.M dan mengalami banyak perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar tahun 750 sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulis dalam buku karangan matematisi arab yang bernama Al- Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi De Numero Indorum.
Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut dengan sistem numerasi desimal (Ruseffendi, 1984). Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-Arab ini mempunyai karakteristik:
1)      Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
2)      Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh.
3)      Menggunakan sistem nilai tempat.
4)      Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian.






BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan, Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Sejarah mengenai bilangan perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari sesuatu yang bernama angka. Angka tersebut merupakan salah satu kerabat dari bilangan. Selain menambah wawasan, kita bisa sambil belajar kembali.
Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem ijir (tallies) yang didasarkan pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin kompleks menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang berlaku di beerbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia (sekarang Timur Tengah), Mayan (Amerika Tengah), Yunani, Cina-Jepang, dan Romawi.
Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang merupakan perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan karena dianggap masih mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.
3.2. Saran
Kami menyadari masih banyak dapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami meminta kritik dan saran kepada dosen pengampu untuk penyempurnaan makalah kami ini, dan kami ucapkan terimakasih. 

DAFTAR PUSTAKA
Anname, 2011, Sistem Numerasi, Jakarta, html
Farin Ririn, 2011, Sistem Numerasi, Jakarta : pendidikan matematika
nina, 2013, Sejarah Sistem Numerasi, Yogyakarta : wordpress
Putri Amelia Diana, dkk, 2016, Sistem Numerasi, jakarta : Academia
Rahma Ade, 2013, Sejarah Bilangan dan Sistem Numerasi , Jakarta: html
Seiko Faizz, 2016, Makalah Sistem Numerasi, jakarta: htmi